News & Events
Cegah Pemilu Elit, KPU Rancang Sosialisasi yang Merakyat
- 10/12/2017
- Posted by: admin
- Category: news
No Comments
Yogyakarta, kpu.go.id – Dalam kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih terkadang kita lupa yang ada di hadapan kita adalah pemilih dengan beragam latar belakang pendidikan dan budaya. Tak semua dari mereka dapat memahami pesan-pesan yang disampaikan dalam bahasa hukum dan perundang-undangan. Alih-alih mencerahkan pemilih, justeru membuat mereka merasa jauh dan berjarak dengan pemilu.
Penyelenggaraan sosialisasi dan pendidikan pemilih membutuhkan strategi komunikasi yang baik. Bahasa yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan sosialisasi dan pendidikan pemilih sebaiknya bahasa yang mudah dipahami target audiens. Dengan demikian, pesan yang disampaikan dapat mereka pahami secara utuh.
“Jangan gunakan bahasa yang sulit. Kita ini melayani rakyat. Jangan lagi bebani mereka dengan bahasa-bahasa yang berat dan sulit dipahami,” kata Komisoner KPU RI Wahyu Setiawan saat menyampaikam paparan tentang sosialisasi dan pendidikan pemilih berbasis keluarga dan warga internet di Forum Rapat Konsolidasi Nasional Peningkatan Partisipasi Masyarakat di Kota Yogyakata, Jumat (6/10).
Menurut Wahyu, bahasa yang ringan dan mudah dipahami masyarakat lebih efektif dalam penyampaian pesan-pesan sosialisasi dan pendidikan pemilih. Bahasa yang akademik akan membuat mereka merasa terasing dengan pemilu. “Sementara tugas kita justeru mendekatkan pemilu dengan pemilih,” ujarnya.
Penggunaan bahasa yang ringan juga bagian dari cara penyelenggara pemilu menghormati rakyat. Rakyat itu pejuang demokrasi yang harus kita layani. “Sebagian dari mereka sudah terbebani dengan persoalan ekonomi. Jangan kita tambah lagi beban mereka dengan informasi yang sulit dimengerti,” ujarnya.
KPU kata Wahyu sudah menyiapkan konsep sosialisasi dan pendidikan pemilih yang merakyat, yaitu sosialisasi dan pendidikan pemilih berbasis keluarga. Menurut Wahyu, meski tetap diperlukan, ruang publik yang kini sangat berisik bukan tempat yang efektif untuk sosialisasi dan pendidikan pemilih. Karena itu KPU menggesernya ke ruang privat yaitu keluarga.
“Basis keluarga jauh lebih efektif karena dapat menjangkau semua kelompok pemilih seperti pemilih pemula, pemilih muda, perempuan, penyandang disabilitas dan lainnya. Semuanya akan kembali ke keluarganya masing-masing. Jadi basis keluarga mencakupi keseluruhan basis pemilih,” ujarnya.
Ada dua metode yang dapat ditempuh dalam melaksanakan sosialisasi dan pendidikan pemilih berbasis keluarga yaitu mendatangi warga dari rumah ke rumah dan melalui Forum Warga. Aktivitas pencocokan dan penelitian data pemilih oleh petugas pemutakhiran data pemilih dan penyebaran surat pemberitahuan untuk memilih di TPS atau formulir C6 oleh KPPS merupakan dua aktivitas yang dapat ditumpangi dengan kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih. (gd/red. Foto: ieam/humas)
sumber: kpu.go.id